This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 25 Juni 2011

Proses Pembuatan alkohol

PROSES PEMBUATAN ALKOHOL



Garis besar Proses Pembuatan Alkohol / Ethanol

1. Perlakuan awal tetes
2. Pembibitan Ragi / Yeast
3. Fermentasi
4. Destilasi


1. Perlakuan awal

Melasse yang didatangkan dari Pabrik Gula tidak langsung diproduksi, namun disimpan terlebih dahulu dalam tanki penyimpanan.
Sebelum diproses melasse/tetes mengalami beberapa perlakuan awal .
Untuk kebutuhan pembibitan tetes diencerkan dengan air dari 85 o Bx dengan kadar gula ( TSAI ) ± 50 %, menjadi 16 Bx, asumsi kadar gula +/- 10 %.
Pembibitan dilakukan dalam Botol 200 ltr, Jotang 3.000 ltr dan Gistbak 18.000 ltr sedangkan untuk Fermentasi tetes diencerkan menjadi 19 s.d. 21 Bx dalam fermentor volume 80.000 ltr.
Semua pemakaian tetes yang diolah, ditimbang. Pada waktu pengenceran tetes ditambahkan H2SO4 agar saccharosa yang ada dalam tetes terinversi menjadi glucose dan menjaga dominasi pertumbuhan Yeast.


2. Proses Pembibitan

Proses pembibitan dilakukan secara bertahap pada botol 200 ltr dilanjut ke jotang 3.000 ltr dan gistbak 18.000 ltr dengan waktu incubasi masing-masing +/- 18 jam, hal
ini dimaksudkan agar mikroba beradaptasi dan berkembang biak.
Mikroba yang digunakan ialah Saccharomyces Cereviccae. Untuk menunjang laju pertumbuhan mikroba dibutuhkan udara dan nutrisi seperti Urea, TSP dan Mg SO4 sesuai dosis.


3. Proses Fermentasi

Hasil proses pembibitan akhir pada Gistbak 18.000 ltr dimasukan ke fermentor kemudian ditambahkan larutan tetes 21 Bx hingga volume fermentor hampir penuh +/- 80.000 ltr. Selanjutnya diincubasikan selama +/- 44 jam , diharapkan glukose yang ada dalam larutan tetes maksimal dirombak oleh Yeast menjadi Alkohol dan dampak lain adalah CO2, untuk itu kondisi fermentasi dibuat anaerob.
Kandungan alkohol hasil akhir fermentasi sebesar 8 – 9 %



4. Proses Destilasi

Hasil fermentasi yang lazim disebut beslag dengan kandungan alkohol 8 – 9 % selanjutnya dialirkan ke Destilasi untuk dilakukan pemisahan antara alkohol dan bukan alkohol dengan cara penyulingan melalui kolom-kolom secara bertahap.


a. Tahap 1. Ruw Kolom

Beslag dialirkan ke kolom pertama yaitu Ruw Kolom yang terdiri dari 21 plate dengan system Buble tray.
Beslag dialirkan secara kontinue pada plate 20 dan dipanasi dengan steam dari boiler pada temperatur 98o C . Pada suhu ini dari plate 21 menghasilkan uap alkohol dan air dengan kandungan alkohol +/- 40 % melalui perpipaan dialirkan ke Verdamper menuju Voorlup Kolom untuk didistilasi lanjut.
Sedangkan pada bagian bawah dihasilkan sisa buangan berupa Vinase yang masih mengandung alkohol maksimal 0,2 % .


b. Tahap 2. Voorlup Kolom

Uap hasil penyulingan dari Ruw Kolom yang telah melewati Verdamper kondisinya masih campuran antara uap alkohol dan cairan masuk ke Voorlup kolom segmen 3 disemprot dengan air panas temperatur 60 oC untuk menangkap alkohol yg larut dalam air siraman dan dialirkan ke Uitput Kolom.
Sedangkan uap alkohol yang bertitik didih rendah tidak tertangkap dengan air siraman naik keatas diembunkan pada kuler dan kondensor dijadikan produk afwykend dengan kandungan alkohol 94 %. Hasil produksinya sangat sedikit +/- 10 – 20 ltr/jam.


c. Tahap 3. Uitput Kolom

Alkohol yang tertangkap air siraman mempunyai kandungan alkohol 30 % masuk ke Uitput kolom segemen 3. Pada Uitput kolom ini menggunakan system Regulator sebagai sporari pemisahan air dan alkohol.
Suhu uitput kolom sekitar 100 – 104 oC dimaksudkan agar uap alkohol naik keatas sedangkan air turun ke Regulator / Sparator dengan kondisi alkohol yang sudah terlucuti. Dengan adanya pemanasan pada kolom yang dilengkapi Sparator diharap terjadi pemisahan alkohol dan air karena adanya perbedaan titik didih dan massa jenis. Uap alkohol dan air yang naik keatas dengan kandungan alkohol 70 % didistilasi lanjut pada kolom Versterking. Plegmase yang berupa air panas mengandung alkohol +/- 0,1 % sebagian digunakan sebagai siraman pada Voorlup kolom.



d. Tahap 4. Versterking Kolom

Uap alkohol dari Uitput kolom masuk ke Versterking kolom pada segmen 2.
Pada Verstecking kolom ini pemanasan dikurangi menjadi +/- 87 oC dimaksudkan agar pada top produk lebih banyak alkohol yang menguap dari pada air, karena adanya penurunan pemanasan dibawah titik didih air.
Karena adanya penurunan pemanasan tersebut hasil top produk meningkat 90 % dan dialirkan ke kolom berikutnya yaitu Rectifisier Kolom.
Produk bawah yang lebih banyak mengandung air dengan kadar alkohol +/- 20 % dikembalikan ( direfluk ) ke Uitput kolom.


e. Tahap 5. Rectifisier Kolom

Uap alkohol dari Verstecking kolom dengan kadar 90 % masuk ke Rectifisier kolom segmen 1. Pada Rectifisier kolom ini pemanasan diturunkan mendekati titik didih alkohol +/- 82 oC. Dengan adanya penurunan panas diharapkan pada top produk lebih banyak alkohol yang menguap dari pada air nya.
Hasil top produk rectifisier kolom berkadar +/- 96,5 % yang selanjutnya dialirkan ke kuler / pendingin untuk dilanjutkan ke Finale Kolom.
Produk bawah yang lebih banyak air namun masih mengandung alkohol 20 % direfluk dikembalikan ke Verstecking kolom.


f. Tahap 6. Finale Kolom

Produk atas Rectifisier yang sudah melalui kuler berupa cairan masuk ke Finale kolom pada segmen 2. Karena produk ini masih mengandung zat lain berupa ester, aldehide dll yang mempunyai titik didih dibawah alkohol, maka pada finale kolom dilakukan pemanasan namun dibawah titik didih alkohol +/- 76 oC,
Dengan adanya pemanasan 76 oC maka zat lain yang terdiri dari ester, aldehyde dll akan menguap pada produk atas selanjutnya diembunkan dan dikondensasi untuk dijadikan alkohol afwykend dengan kadar 94 %, sedangkan alkohol produk bawah finale kolom yang sudah terbebas dari zat pengotornya masuk ke kuler prima dijadikan produk prima dengan kadar alkohol 96 %.










.B. PROSES PEMBUATAN ARAK


Garis besar Proses Pembuatan Arak

1 Perlakuan awal tetes
2 Pembuatan tape ketan / beras untuk Stater Yeast
3 Fermentasi
4 Destilasi


1. Perlakuan awal

Tetes / melasse yang kondisinya masih kental +/- 85 Bx dari Pabrik Gula diencerkan sampai dengan 15 – 17 Bx dengan asumsi kadar gula +/- 10 %.


2. Pembuatan Tape untuk Stater Yeast

a. Tape Ketan
50 kg ketan ditanak, setelah dingin pada suhu ruang ditaburi ragi tape yang
biasa di pasaran sebanyak 125 butir, selanjutnya diperam selama 48 jam.

b. Tape Beras
50 kg beras ditanak, setelah dingin pada suhu ruang ditaburi ragi tape yang
biasa di pasaran sebanyak 125 butir, selanjutnya diperam selama 48 jam.


3. Fermentasi

Masukan larutan tetes 15 Bx pada kuip arak berupa tong yang terbuat dari kayu jati sebanyak 6.000 ltr.

50 kg tape ketan dan 50 kg tape beras masukan kedalam larutan tetes pada kuip
tersebut.

Aduk-aduk lalu incubasi selama +/- 6 jam

Tambahkan larutan tetes 17 Bx sampai dengan volume 10.000 ltr, lalu incubasi 6 jam

Tambahkan larutan tetes 17 Bx sampai dengan volume 20.000 ltr, lalu incubasi 6 jam

Tambahkan larutan tetes 17 Bx sampai dengan volume 30.000 ltr, lalu incubasi 6 jam



4. Distilasi Ruw Ketel

Hasil fermentasi yang sudah matang masukan ke bejana Distilasi Ruw Ketel sebanyak
+/- 7.000 ltr. Distilasi pada arak menggunakan system Dis kontinue / Bath.
dipanaskan dengan uap dengan temperatur 96 oC hingga menghasilkan arak per-jam +/- 200 ltr, lama pemanasan sekitar 12 jam. Produk keluar pada jam ke 4 sampai dengan jam ke 12.
Kandungan arak dihasilkan dari 35 % sampai dengan 5 % dengan rata-rata produk dihasilkan 18 %.
Hasil Distilasi Ruw Ketel ini disebut sebagai Buntut RK. (untuk Destilasi lanjut) Produk per RK +/- 1.600 ltr


5. Distilasi Destiler Ketel

Produk Buntut RK sebanyak 5.000 – 7.000 ltr dengan % arak 18 % dimasukan ke Bejana Destiler Ketel ( DK ) , dipanaskan dengan uap 90 oC pada produk awal sekitar jam ke 4 pemanasan , kadar arak diatas 65 %. Pada jam berikutnya sekitar 10 jam , kadar produk DK menurun dibawah 65 %. , pada saat ini produk masih tetap berlanjut sampai dengan kadar 5 % namun dialihkan sebagai produk Buntut DK. (untuk Destilasi lanjut), Sedangkan produk depan yang rata-rata kadar araknya ≥ 65 % dijadikan produksi sebagai Kepala DK.

Untuk selanjutnya Buntut RK dan Buntut DK dicampur dan disebut Buntut Campuran didistilasi kembali pada bejana DK sebagai penghasil produk Kepala DK dan Buntut DK.




















SEJARAH & RUANG LINGKUP USAHA
A. Sejarah Perusahaan
Sekitar tahun 1880-an didirikan pabrik-pabrik gula oleh pemerintah belanda didaerah jawa barat. Sebagai bahan bagu digunakan tanaman tebu. Pabrik gula ini menghasilkan limbah berupa ampas tebu (bagasse) blotong, dan tets (molasses). Tidak seperti jenis limbah lainnya molase yang berupa cairan yang sangat pekat tidak bias langsung dibuang ke lingkungan tapi memerlukan proses pengolahan . molasses merupakan nira masak yang yang tidak dapat dikristalkan. Kadar gula ivert yang terkandung dalam molasses sekitar 50 %. Gula dengankadar yang cukup tinggi tersebut dapat dimanfaatkan menjadi zat lain yang bernilai ekonomis seperti alkohol.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada tahun 1883 sebuah perusahaan swasta belanda yang bernama Ament Suiken Fsbriken, mendirikan Gist and Spirtus Fabriken. Produk yang dihasilkan adalah arak dan alkohol. Produksi alkohol dimulai pada saat PD I digunakan sebagai bahan bakar.
Pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan tersebut pada tahun 1957 dan mengubah menjadi perusahaan perkebunan Negara (PPN) XIV pabrik spirtus dan Alkohol Palimanna dengan struktur organisasi yang mengindu pada perusahaan perkebunan Negara XIV pabrik Gula Gepol Palimanan Cirebon.
Sebagai bukti adanya UU Nasionalisasi No. 86 tangal 31 Desember 1985 yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan belanda asing yang ada di Indonesia diambil alih oleh pemerintah RI maka pada tahun 1985 PSA Palianan dinasionalisasikan dan diserahkan pada PPN Jawa Barat. Nama perusahaan diubah menjadi perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XIV Pabrik Spirtus dan Arak Palimanan berdasarkan PP No. 2/ 1963. pada tahun 1981 statusnya dirubah menjadi perseroan terbatan pabrik spirtus dan Alkohol Palimanan Kemudian tahun 1989 perusahaan mempunyai pimpinan sendiri. Tetapi struktur organisasi tersebut masih menginduk dan bertanggung jawab pada administratur. PPN XIV Pabrik Gula Gempol.
Berdasarkan keputusan direksi PTP XIV No. XX- Surkep/UM 83004.414/83 Tanggal 4 April 1983 perihal pemisahan PTP XIV PG Gempol yang merupakan satu unit produksi tersendiri dibawah pengawasan Direksi PTP XIV Cirebon. Sebelum tahun 1989, PTP XIV dibawah naungan departemen pertanian dan keuangan. Pada tahun 1989, menejemen perusahaan dikelola oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia Sebuah BUMN milik Departemen Keuangan Republik Indonesia.
B. Ruang Lingkup Usaha
PSA Palimanan memproduksi alkohol, spirtus dan arak. Alkohol yang diproduksi terdiri dari dua macam yaitu alkohol prima dan alkohol teknis. Alkohol prima merupakan etanol dengan kadar alkohol 95 % - 96 % dengan kapasitas produksi sekitar 16.000 liter per hari. Alkohol prima pada umumnya digunakan sebagai pelarut pada industri farmasi, kosmetik dan juga industri lainnya. Alkohol teknis merupakan alkohol dengan kadar 92 - 94 % dengan kapasitas produksi sekitar 2.400 liter per hari. Alkohol teknis digunakan sebagai bahan baku untuk membuat spirtus, bahan bakar dan pelarut organik.
PSA Palimanan dapat memproduksi alkohol per tahun sebesar 6,2 juta liter. Alkohol diperoleh melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroba Saccharomyces ellypsoides dan Sacchaomyces cereviceae. Pemurnian dilakukan secara destilasi bertingkat. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan alkohol adalah molases (tetes tebu) yang berasal dari limbah pengolahan gula pabrik gula milik PT PG Rajawali II. Molases yang dibutuhkan diperoleh dari PG Jati Tujuh, PG Sindang Laut, PG Tersana Baru, PG Karang Suwung dan PG
Arak merupakan alkohol dengan kadar yang lebih rendah yaitu sekitar 60-70 %. Arak diperoleh melalui proses fermentasi molases dengan menggunakan ragi tape sebagai mikroorganismenya. Arak hanya akan diproduksi jika ada permintaan dari Belanda.
Spirtus merupakan alkohol teknis yang dicampur dengan methanol, minyak tanah dan methilene blue dengan perbandingan tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Bea dan Cukai Spirtus dapat digunakan untuk industri pelitur dan bahan bakar.









C. Lokasi dan Letak Geografis
Pabrik spirtus dan alkohol palimanan terletak di jalan raya palimanan nomer 168 Desa Klangenan Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Profinsi Jawa Barat. Lokasi pabrik terletak pada 15 km kearah barat dari kota Cirebon, terletak di tepi jalan pantura dan menghadap kearah selatan. Secara geografis PSA Palimanan berbatasan dengan sungai parakan wuning untuk sebelah barat, sebelah timur kawasan perumahan penduduk, sebelah selatan jalan raya palimanan , sebelah utara lahan pertanian atau sawah.
Luas laan yang ditempati PSA Palimanan seluas 14.174 m2. Dari total luasan tersebut luas lahan untuk perkantoran seluas 1000 m2, bangunan pabrik seluas 8.674 m2, san gedung seluas 3.427 m2. perkantoran terletak dibagian depan sedangkan ruang produksi dibagian belakang. Area pabrik dibagi berdasarkan fungsinya, meliputi area penyimpanan bahan baku, are laoratorium, area fermentasi, area destilasi, area penunjang (penyedia steam dan pompa), area penyimpanan produk, area pengolahan dan pembuangan limbah, area perkantoran dan tata usaha.

C. Struktur organisasi perusahaan dan Ketenaga kerjaan
PSA Palimanan merupakan suatu unit usaha yang berada di bawah naungan PT Rajawali Nusantara Indonesia yang dipimpin oleh seorang Manajer Umum. Manajer Umum tersebut akan dibantu oleh bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK) dan bagian produksi. Adapun fungsi dan tugas kerja masing-masing kelompok kerja tersebut adalah :
1. Pimpinan/Manajer mempunyai tugas sebagai berikut :
 Menjabarkan tugas operaional secara terperinci, sederhana dan mudah dipahami bagi petugas bawahannya.
 Merencanakan target produksi yang akan dicapai yang berorientasi pada penekanan biaya dan laba sesuai dengan garis kebijakan direksi.
 Mengkoordinasi dua bagian perusahaan yaitu bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK) dan bagian produksi.


2. Bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK)
Bagian TUK dipimpin oleh seorang kepala TUK yang bertanggungjawab atas segala kegiatan TUK. Kepala TUK bertugas untuk melakukan pengawasan kas dan pengadministrasiannya secara tertib serta menyusun laporan keuangan. Kepala TUK dibantu oleh seksi keuangan dan administrasi, seksi SDM dan umum.
3. Bagian Produksi
Bagian produksi dipimpin oleh seorang kepala produksi yang bertugas untuk :
 Melaksanakan kebijaksanaan produksi yang digariskan oleh direksi dalam rangka menjamin kelancaran produksi sehingga memenuhi persyaratan baik kualitas maupun kuantitas dengan biaya yang ekonomis dan efisien.
 Mengumpulkan seluruh data dan informasi dari kegiatan operasional untuk memperoleh penilaian yang wajar atas hasil produksi dan prestasi yang dicapai untuk bahan pertimbangan pimpinan.
Kepala bagian produksi akan dibantu oleh bagian pabrikasi (processing staf), bagian instalasi (Engineering Staf) dan bagian bengkel (Workshop Staf).
a. Bagian pabrikasi yang bertugas untuk menangani :
 Unit laboratorium, meliputi : analisa bahan baku produksi, analisa air, analisa etanol dan pembiakan mikroba yang digunakan.
 Unit fermentasi, meliputi : pengenceran, pembibitan dan fermentasi alkohol.
 Unit destilasi, meliputi : distilasi alkohol
 Unit limbah, meliputi : penanganan limbah
b. Bagian instalasi yang bertugas untuk menangani :
 Unit listrik, meliputi : listrik PLN dan pompa listrik.
 Unit ketelan, meliputi : penyediaan air, pemurnian air, penyediaan steam (Uap) dan pemeliharaan ketel/boiler.
 Unit bangunan, meliputi : pembangunan keperluan pabrik, pemeliharaan pabrik dan rumah dinas.
c. Bagian perbengkelan yang berugas untuk menangani :
 Unit bengkel, meliputi : mesin bubut, mesin las listrik dan karbit, pemeliharaan kendaraan pabrik, angkutan keperluan pabrik dan keperluan kendaraan.
2 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di PSA Palimanan berdasarkan status kepegawaiannya dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Pegawai Staf
Pegawai staf adalah pegawai yang terikat perjanjian kerja secara perorangan dan sifatnya adalah tetap.
b. Pegawai Non Staf
Pegawai non staf adalah pegawai yang terikat perjanjian kerja secara kolektif dan statusnya hamper sama dengan karyawan staf.
c. Pegawai Musiman
Pegawai musiman adalah pegawai yang bekerja apabila pabrik beroperasi dan apabila pabrik tidak sedang beroperasi maka pegawai musiman akan berhenti bekerja.
d. Pegawai Borongan
Pegawai borongan adalah pegawai yang bekerja hanya apabila pabrik memerlukan untuk kegiatan tertentu, misalnya pada saat pembersihan instalasi pabrik.

Berdasarkan jam kerja, tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Karyawan Shift
Karyawan shift terdiri dari karyawan bagian pabrikasi dan instalasi yang terbagi menjadi tiga regu waktu kerja, yaitu :
Shift pagi : Pukul 06.00 – 14.00 WIB
Shift siang : Pukul 14.00 – 22.00 WIB
Shift malam : Pukul 22.00 – 06.00 WIB
Pertukaran shift dilakukan tiap tiga hari, dan mendapat satu hari libur setelah sembilan hari kerja. Apabila pabrik berhenti beroperasi, karyawan bekerja selama tujuh jam sehari mulai pukul 07.00 – 15.00 WIB dengan istirahat selama 60 menit.


b. Karyawan Non Shift
Karyawan non shift terdiri dari karyawan staf TUK. Jam kerja karyawan ini adalah :
Senin sampai jumat : Pukul 06.30 – 16.00 WIB
Sabtu : Pukul 06.30 – 12.00 WIB
c. Keamanan
Satpam atau petugas keamanan dibagi dalam tiga regu waktu kerja. Masing-masing regu beranggotakan empat orang yang dipimpin oleh seorang kepala regu. Setelah satu regu dinas malam mendapat libur satu hari. Jam kerja sari satpam adalah :
Shift pagi : Pukul 06.00 – 14.00 WIB
Shift siang : Pukul 14.00 – 22.00 WIB
Shift malam : Pukul 22.00 – 06.00 WIB

Minggu, 12 Juni 2011

Korosi




For next information

Please Visit and download :

KOROSI

Makalah Resin melamin formaldehid dan fenol formaldehid


Next information

Please visit and download :

Makalah Resin Melamin Formaldehid Dan Resin Fenol Formaldehid

Pengolahan air



Air untuk industri akhir-akhir ini menjadi isu besar dan menjadi salah satu kriteria dalam menentukan lokasi suatu industri akan dibangun, pada era 80-an sumber-sumber air mudah didapat namun kondisi saat ini jauh berbeda, sumber air semakin susah ditemukan ini ditengarai air permukaan yang kualitas dan kuantitasnya semakin terbatas ditambah dengan proses ijin untuk menggunakan sumber dari sumur dalam (deep well) semakin susah didapat. Belum lagi isu lingkungan turut menjadi pertimbangan dalam pemberian ijin eksploitasi sumber air untuk industri.
Tentunya bagi industri yang banyak melakukan kegiatan ekspor impor pasti akan memilih lokasi dekat dengan pelabuhan guna memudahkan kegiatan operasi mereka, termasuk didalamnya industri berbasis minyak sawit termasuk pabrik minyak dan lemak makanan, oleochemical dan biodiesel. Industri berbasis minyak sawit ini menjadi efisien apabila kriteria pokok pendirian pabrik dapat dipenuhi termasuk utilitas, process water, energi serta jaringan transportasi yang memadai untuk menunjang kegiatan produksi serta ekspor produk.
Ada beberapa sumber air yang biasanya dipertimbangkan untuk menjadi sumber air utama seperti air permukaan, sungai, waduk atau dari sumber air dalam, deep well sementara desalinasi air laut kurang favorit kerena selain biayanya mahal juga dampak lingkungannya ynag cukup merepotkan. Apapun sumber yang akan digunakan sebagai sumber air industri, maka air baku perlu dikondisikan dengan mengolah terlebih dahulu melalui water treatment yang memadai, termasuk penggunaan kolom ion exchange.
Karakter air dan penggunaannya.
Air proses atau biasa kita kenal sebagai process water memiliki fungsi yang berbeda satu sama lainnya, oleh karena itu karakter serta spesifikasi air yang diperlukan juga berbeda satu dengan yang lain, misalnya standar air untuk boiler tentu berbeda dengan standar air untuk produksi hydrogen.
Ada beberapa peralatan proses yang membutuhkan air secara terus-menerus dan dengan sifat tertentu, seperti :
1. Air proses (Process Water) untuk hydrolysis, boiler dan destilasi. Kebutuhan process water untuk boiler, hydrolisis serta produksi H2, dimana diperlukan air yang terlebih dahulu di oleh melalui ion exchange untuk meminimalisir timbulnya karat serta sumbatan pada pipa api dan jalur distribusi uap dan kondensatnya. Produk air yang dihasilkan melalui ion exchange kemudian disebut sebagai soft water bahkan untuk produksi hydrogen diperlukan demineralized water (demin water) agar H2 yang diproduksi betul-betul 99,9 % murni.

2. Air untu pendingin (Cooling Water) pada cooling tower, mesin, heat exchanger, condenser dll. Kebutuhan akan air pendingin (cooling water) bisa di kategorikan kebutuhan umum dalam setiap mesin penggerak, pengolahan air pendingin biasanya kurang diperhatikan oleh operator pabrik karena persepsi yang salah dimana setiap air bersuhu rendah bisa digunakan. Tetapi mereka lupa bahwa air pendingin disalurkan melalui pipa-pipa yang diameternya terkadang cukup kecil, panjang dan melingkar-lingkar sehingga rawan terhadap karat dan sumbatan tentunya.

3. Air untuk kebutuhan domestik dan umum. Air yang akan digunakan sebagai air untuk keperluan domestik seperti memasak, toilet dan cuci-cuci lain biasanya digunakan air dari sumber terdekat seperti Perusahaan air Minum (PAM) lokal maupun dari sumber sumur dalam. Pengolahan biasanya dilakukan secara terbatas seperti penjernihan dan aerasi terutama untuk mengurangi kadar besi yang biasanya berasosiasi dengan air dari sumber sumur dalam (deep well).


Sumber air baku industri yang memerlukan pembahasan lebih lanjut adalah kebutuhan air dan sifat yang diperlukan untuk keperluan proses dan sebagai pendingin pada cooling tower di pabrik.Ion Exchange untuk Process dan Cooling.
Kebutuhan untuk air proses dan pendinginan sangat mendominasi kebutuhan air untuk pabrik karena lebih dari 80% kebutuhan akan air di pabrik dikonsumsi oleh kedua proses tersebut, sementara untuk kebutuhan domestik relatif kecil.
Penggunaan kolom atau tabung ion exchange untuk air baku untuk boiler (boiler feed water)dan sistim pendinginan (cooling system) akan meningkatkan efisiensi kedua sistim peralatan tersebut dengan cara membebaskan pipa-pipa saluran air dan uap pada sistem tersebut dari karat dan endapan yang mengganggu yang dapat menimbulkan kebocoran maupun tersumbatnya saluran pada kedua sistim tersebut.
Pabrik kelapa sawit (PKS), kernel crushing plant (KCP), pabrik minyak goreng dan oleochemical adalah pabrik-pabrik yang banyak menggunakan prinsip thermodinamik pada proses produksinya terutama pada sistim fraksinasi dan destilasi dari bahan baku menjadi produk. Peralatan yang digunakan pada proses, hidrolisa, fraksinasi, dan destilasi pada dasarnya adalah ketel uap bertekanan yang semuanya menggunakan air sebagai media dan bahan baku pada proses mereka.
Boiler untuk menghasilkan uap baik basah, kering maupun yang bertekanan menurut kebutuhan prosesnya, selain digunakan sebagai media thermodinamik, uap yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk menggerakkan turbin pada generator listrik. Penggunaan boiler sebagai peralatan utama membawa konsekuensi pada pemilihan kualitas air baku (feed water) untuk menjaga kontinyuitas operasi serta efisiensi peralatan tersebut, secara umum untuk menjaga agar boiler bisa bekerja dengan maksimum serta awet maka diperlukan air yang baik dalam arti air selalu dijaga agar tidak menjadi penyebab sistem saluran pipa pada boiler menjadi berkarat ataupun tersumbat oleh endapan-endapan organik yang biasanya dibawa oleh air baku.
Cara kerja dan aplikasi ion exchanger
Pada dasarnya cara kerja kolom ion exchange adalah penukaran ion muatan listrik yang dibawa oleh fluida dengan muatan ion pada resin yang tersedian didalam tabung ion exchanger. Secara umum fungsi kolom ion exchange digunakan sebagai media purifikasi dan filtrasi muatan ion mineral pada fluida yang tidak dikehendaki seperti Calcium dan Magnesium dan menukarnya dengan Potasium dan Hydrogen, sehingga fluida yang keluar dari kolom tersebut memenuhi kriteria yang kita kehendaki.
Ion Exchange sebagai water softening
Aplikasi ion exchanger sebagai water softener merupakan fungsi umum dan digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk proses dan bahan baku boiler . Air baku yang tingkat ke-sadahan-nya (hardness) tinggi karena kandungan kalsium dan magnesium harus diturunkan dengan cara menggantikannya dengan muatan ion sodium yang terdapat pada resin.
Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai equilibrium dan jenuh dan sesudah kondisi resin jenuh maka segera dilakukan re-generasi dengan dicuci dengan air yang mengandung garam NaCl tinggi. Soft water digunakan untuk boiler feed water guna mencegah terjadinya endapan (scaling) pada pipa saluran air baik pada sistim boiler maupun pada sistim pendingin.
Sebagai media purifikasi
Dalam hal penggunaan media ion exchange sebagai purifier misalnya untuk mengangkat bahan- bahan beracun yang dibawa oleh fluida tertentu, maka ion exchanger dapat mengambil ion-ion logam berat seperti Cadmium, Lead dan Copper dan menggantikannya dengan ion-ion garam sodium dan potassium. Ada jenis resin ion exchange lain yang dapat menyaring kontaminan organik air baku dengan menambahkan karbon aktif pada kolom ion exchange tersebut.
Pemilihan jenis resin akan menentukan fungsi ion exchange pada pabrik yang menggunakannya sebagai water softening, sebagai media filtrasi logam berat fluida tertentu maupun sebagai penyaring mineral pada air baku.
Sumber : http://www.infosawit.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More